Riset

Tradisi Penghormatan Mushaf Kuno di Desa Sapit, Lombok Timur

Yusri Hamzani

Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Prodi Studi Qur’an Hadis UIN Sunan Kalijaga, Jln. Marsda Adisucipto, Bantul, Caturtunggal, Depok, Yogyakarta, 55281, Indonesia yusri231192@gmail.com

Mushaf kuno memiliki dualitas simbol, simbol adat dan simbol agama. Aturan agama dan adat sama-sama mengharuskan masyarakat untuk menghormati mushaf kuno. Cara untuk menghormati mushaf kuno di Desa Sapit sangat beragam, mulai dari duduk ketika melihat mushaf sampai kepada penyembelihan binatang ternak sebelum membaca dan mengkaji mushaf. Ritual-ritual penghormatan mushaf di Desa Sapit tergolong unik. Teori evolusi sosial digunakan dalam menganalisis realitas tersebut.

Sebelum tahun 1967, masyarakat Desa Sapit menganut aliran Islam wetu telu yang merupakan akulturasi hukum agama dan adat. Pada waktu itu, masyarakat menganggap mushaf kuno mengandung kekuatan magis dan dapat menyelamatkan mereka dari bencana. Persepsi mereka berubah ketika Tuan Guru Zainuddin Mamben datang ke Desa Sapit. Masyarakat setempat tidak lagi menghormati mushaf dengan menyembelih binatang, dan berubah menjadi tradisi tokol (duduk ketika melihat mushaf). Saat ini, masyarakat telah melupakan sakralitas mushaf kuno. Majunya industri percetakan mushaf menjadikan masyarakat menyetarakan mushaf kuno dengan mushaf cetak yang banyak beredar.